Orang Miskin Dilarang Kuliah di Universitas Negeri Jember?

Anak miskin dilarang sekolah. Begitulah idiom yang kini populer seiring mahalnya biaya pendidikan. Potret kecil buramnya dunia pendidikan itu terekam di kampus Universitas Negeri Jember (Unej).
Ahmad Ainun Najib dan Hermawan Bagus Prabowo. Dua mahasiswa baru Unej ini terancam tidak bisa kuliah lantaran tak bisa membayar uang daftar ulang. Keduanya bukan anak keluarga kaya. Ahmad yang masuk Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) adalah anak seorang buruh petani asal Banyuwangi. Sementara Hermawan yang diterima di Fakultas Ekonomi adalah anak seorang sopir angkutan kota dan ibunya hanya buruh cuci.
Saat registrasi kemarin mereka diminta membayar lunas uang daftar ulang yang besarnya Rp4 juta paling lama pada 6 Agustus mendatang. Bila tak mampu melunasinya, pihak kampus mengancam akan mencoret dua nama mahasiswa tersebut. Ahmad berharap bisa memperoleh keringanan biaya pendaftaran sekitar 50%. Dia juga menawar agar uang pendaftaran itu bisa diangsur setidaknya dalam setahun ke depan.
Ahmad mengaku sudah empat kali berusaha menemui Rektor Unej. Sayangnya, empat kali usahanya itu tak pernah membuahkan hasil. Ahmad hanya dipingpong dari satu pintu ruangan pejabat ke ruang pejabat lain tanpa kepastian. “Saya ingin bertemu rektor untuk minta keringanan biaya. Itu saja. Namun, stafnya menyuruh saya menemui Pembantu Rektor II. Saya sampai ke rumah PR II, tapi katanya masih sibuk,” tuturnya Selasa kemarin.
Setali tiga uang, nasib yang sama menimpa Hermawan. “Uang pendaftaran di Fakultas Ekonomi mencapai Rp4,1 juta. Terus terang saya tidak mampu. Saya hanya bisa Rp1,5 juta dan saya sudah berusaha bertemu rektor. Namun, sampai sekarang tidak ditemui,” ujarnya.
Beruntung kesulitan mereka masih bisa sedikit terobati. Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Aliansi Badan Mahasiswa Unej (ABSU) mengantarkan keduanya ke ruangan Pembantu Rektor II Unej Agus Subekti. Namun, sekali lagi mereka harus puas hanya ditemui staf PR II. Sempat terjadi adu mulut dan nyaris baku hantam antara para aktivis dengan petugas keamanan. Pasalnya, aktivis ngotot karena staf yang terlalu berbelit dan tidak memperhatikan keinginan dua mahasiswa yang sedang kesulitan biaya.
“Kami ini mau menemui PR II agar dua maba ini bisa kuliah meski tidak mampu. Bukankah Unej masih punya hati bagi warga miskin agar bisa mengenyam pendidikan?” kata Aska, koordinator ABSU.
Dia memperkirakan masih banyak lagi mahasiswa baru di Unej yang mengalami hal serupa dengan Ahmad dan Hermawan. Suasana gaduh di ruang tunggu PR II itu membuat Ahmad tak kuasa menahan tangis dan segera keluar ruangan. “Aduh,Mas! Kenapa jadi seperti ini? Saya hanya mau kuliah kok sulit?” sesal Ahmad.
Hermawan yang berperawakan tegap pun tidak kuasa pula menitikkan air mata. Kedua calon maba itu berpelukan dan prihatin dengan biaya serta birokratisnya sistem pendidikan di Unej. Sementara saat coba dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Agus Subekti ternyata tidak menjawab sendiri. Ponsel Agus Subekti dibawa stafnya.
“Pak Agus masih di lapangan,” tutur staf itu.Namun, sampai kemarin tidak jelas di lapangan mana Agus Subekti berada. Wakil Kepala Humas Unej Iim Iman Fahmi mengaku berjanji akan memberikan pelayanan terbaik bagi kalangan mahasiswa yang tidak mampu dan ingin kuliah di Unej.
“Kami akan membicarakan masalah ini dan memberikan kebijakan terbaik. Beberapa tahun lalu juga ada mahasiswa yang minta keringanan dan dispensasi,” pungkasnya.(okezone.com)